Rabu, 21 Januari 2009

Mohabbatein Movie Review

Yash Raj Films P. Ltd. 'S MOHABBATEIN adalah film yang mengisahkan tentang peperangan antara cinta dan takut. Ini adalah film yang didasarkan pada sebuah kota kecil India Utara. Sebuah film yang diatur dalam salah satu institusi pendidikan yang paling bergengsi di negeri ini - Gurukul.

Tata otokratis yang NARAYAN Shankar (Amitabh Bachchan) governs Gurukul dengan tangan besi. Dia menjalankan lembaga ingat dengan tiga pilar - Tradisi, Hormatilah dan Disiplin. Setiap tahun, dia mengingatkan segar batch siswa bahwa dunia luar ditutup untuk mereka setelah mereka telah memutuskan untuk mendaftarkan diri di lembaga bergengsi ini. Dan ia memperingatkan bahwa mereka flouting atau tekukan aturan tidak akan ditolerir.

Lembaga ini kedatangan tiga anak muda. Anak laki-laki dari berbagai negara bagian, dengan perbedaan karakteristik yang berbeda.suasana di sini sangat, dimana kelakuan sembrono dan menyenangkan adalah frowned upon, dimana tertawa atau berbagi joke dianggap tidak dapat diterima.

Di sini, Vicky (Uday Chopra), Sameer (Jugal Hansraj) dan Karan (Jimmy Shergill) membentuk semacam unbreakable bond. obligasi yang akan meminta mereka untuk menghadapi ujian yang paling sulit dan membuat pilihan bahwa mereka tidak pernah menyangka bahwa mereka harus mematuhi aturan Gurukul. Karena di sini ke tiga anak laki-laki itu melanggar aturan dari Gurukul dan NARAYAN Shankar ... mereka jatuh cinta.

Ketika Vicky, Sameer dan Karan pertama bertemu Ishika (Shamita Shetty), Sanjana (Kim Sharma) dan Kiran (Preeti Jhangiani), masing-masing kehidupan mereka ditempatkan dalam kekacauan karena mereka ingin bertemu dengan perempuan, berbicara kepada perempuan dan mimpi tentang perempuan, tetapi angka mahakuasa NARAYAN Shankar looms besar.

Hanya dengan kedatangan Raj Aryan (Shah rukh khan), maka maverick musik guru, yang mendorong anak laki-laki yang mengikuti hati mereka dan membuka pintu-pintu Gurukul, bahwa anak laki-laki sebenarnya mulai hidup kehidupan mereka yang sebelumnya hanya bermimpi.

Raj Aryan adalah seorang siswa Gurukul yang jatuh cinta terhadap putri semata wayangnya Narayan, yaitu Aishwrya Rai. Tetapi, Narayan tidak menyetujui hubungan mereka. Setelah Narayan mengetahui hubungan mereka, lalu Narayan mengusir Raj Aryan dari Gurukul. Setelah keluar dari Gurukul, dia tidak diterima lagi di sekolah mana pun juga. Kemudian, Aishwrya Rai bunuh diri, karena hubungannya dengan Raj Aryan tidak direstui.

MOHABBATEIN perlahan menjadi cerita tentang peperangan antara dua orang termasyhur - NARAYAN Shankar dan Raj Aryan - untuk berdiri. Dua orang yang hidup mereka sepenuhnya menentang prinsip-prinsip. Salah satu yang berarti cinta dan segala sesuatu yang meliputi jantung dan yang lainnya adalah disiplin dan takut dan percaya bahwa cinta yang hanya mengarah ke rasa sakit dan kelemahan.

Jugal Hansraj-Kim Sharma, kisah cinta yang menderita karena sudah terlalu stretched. Ditto untuk romantis kisah Jimmy Shergill-Preeti Jhangiani, yang juga memakan waktu lama untuk mencapai puncak.

Film ini juga telah dapat dilakukan tanpa beberapa karakter, yang menambah panjang film - yang Amrish Puri-lagu dalam Shefali Jimmy dari kisah cinta dan komedi lagu melibatkan Anupam Kher-Archana Puransingh. Beberapa lagu juga dapat dihapus untuk membuat narasi crisper.

Di antara tiga pasangan cinta, adalah Uday Chopra yang berdiri dengan kinerja yang unggul. Dia yakin saat menghadapi dua raksasa dan menggunakan perawakan nya kepada keuntungan dalam adegan lainnya. Jimmy Shergill cukup baik, namun perannya sangat yang stereotipe. Jugal Hansraj yang aneh, meskipun dia yang terbaik untuk mencoba memberi kesan.

Di antara tiga heroines, hanya Preeti Jhangiani mencukupi. Tampaknya dia dan kesederhanaan karakter yang diminta datang di film. Shamita Shetty yang tidak terlihat dari srikandi, sedangkan Kim Sharma berusaha keras untuk meyakinkan tampilan tetapi gagal.

Dengan ketegaran dan kemauan dari Raj Aryan, akhirnya dia bisa meluluhkan hati Narayan. Yang tadinya keras kepala menjadi luluh. Gurukul menjadi ramai dan ketiga pasangan itu pun, hidup bahagia selamanya.

THE END

Selasa, 20 Januari 2009

Bollywood Film's

Satu atau dua dekade lalu jika ditanya, kebanyakan orang di Indonesia akan malu atau menolak disebut sebagai penggemar film-film India yang populer dengan nama film Bollywood. Saat itu masih kuat persepsi kalangan masyarakat Indonesia terhadap film Bollywood bahwa film-film tersebut "kampungan" dan cuma cocok untuk kalangan bawah. Bioskop-bioskop yang memutar film India di Indonesia pun hanya bisa dihitung jari.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, film-film India itu tidak menarik dan membosankan karena terlalu banyak nyanyian dan tarian dalam filmnya dan juga durasinya sangat panjang sehingga 3-5 jam.
Padahal sebenarnya kalau mendengar cerita generasi tua yang hidup pada dekade 1950-an hingga awal 1970-an, film-film India saat itu cukup populer. Saat itu bintang-bintang film India, tepatnya Bollywood seperti Amitabh Bachchan, Sri Devi dan Raj Kapoor pun menjadi pujaan masyarakat di Indonesia.

Di sisi lain, film India ternyata tetap saja masih sedikit mendapat tempat di masyarakat. Malah pada tahun 1970-an hingga tahun 1980-an, cuma hanya satu bioskop di Jakarta yang secara tetap memutar film-film India, yaitu bioskop Rivoli di kawasan Pal Putih, Kecamatan Senen. Segmen bioskop ini adalah kalangan bawah yang datang dari komunitasnya di daerah sekitarnya (Rhenald Kasali, 2003).

Ternyata pada awal 2000-an, film-film India yang tadinya dianggap kampungan itu mendadak populer, bahkan melahirkan fenomena yang tak terduga dimana berbagai stasiun televisi Indonesia seakan berlomba seakan berlomba menayangkan film-film India. Bahkan tidak jarang film India di putar pada saat jam tayang utama (prime time). Fenomena itu sebenarnya terpicu popularitasnya film Bollywood bertajuk "Kuch Kuch Hota Hai" yang dibintangi Shah Rukh Khan, Kajol dan Rani Mukherjee.

Kisah drama film "Kuch Kuch Hota Hai" yang diproduksi pada tahun 1998 itu memang mampu mengaduk-aduk emosi penontonnya. Indosiar adalah stasiun televisi Indonesia yang pertama kali menayangkan film tersebut pada tahun 2001 pun tidak menduga jika film tersebut meledak di berbagai kalangan masyarakat yang tadinya mengabaikan film Bollywood. Seperti halnya seorang netter bernama samaran tory_luv dalam opininya di situs internet Pintu.Net mengatakan bahwa film tersebut bisa mengubah pandangannya tentang film-film India pada yang tadinya dianggap jelek.

Pergeseran minat masyarakat pada film-film India khususnya film Bollywood itu sebenarnya tidak perlu diherankan karena adanya kemajuan teknologi informasi. Menurut Rhenald Kasali, pakar pemasaran terkemuka Indonesia dalam artikelnya "Fenomena Pop Marketing dalam Konteks Pemasaran di Indonesia" (Usahawan No. 09, September 2003), teknologi informasi yang diperkaya oleh satelit, melahirkan gelombang global entertainment yang dipicu oleh televisi, internet, dan telekomunikasi.

Maka gelombang tersebut memicu lahirnya industri hiburan yang luar biasa. Musik dangdut, musik kaum Bronx di Amerika Serikat, film India (Bollywood), atau film misteri yang tadinya dianggap hiburan kalangan bawah, tiba-tiba mencuat ke permukaan dan disukai semua segmen masyarakat berkat televisi. Selain itu, populernya film Bollywood itu juga karena adanya kedekatan budaya India dengan budaya Indonesia. Jangan lupa bahwa pembentukan budaya Indonesia sejak lama telah dipengaruhi oleh budaya India (Hindu) yang masuk pada abad ke-4 Masehi. Contohnya kisah Mahabarata dan Ramayana dalam wayang atau nama-nama orang seperti Sri atau Bambang adalah pengaruh India.

Kembali pada "Kuch Kuch Hota Hai", popularitas film tersebut mendorong maraknya penayangan film-film Bollywood di layar kaca Indonesia seperti "Lagaan", "Koi Mil Gaya", "Kabhi Kushi Kabhi Gam" dan sederet film Bollywood yang tidak bisa disebut di sini karena saking banyaknya. Tidak heran jika masyarakat Indonesia pun fasih menyebutkan nama sederet artis Bollywood seperti Shah Rukh Kan, Kajol, Rani Mukherjee, Preity Zinta, Hrithik Roshan hingga Kareena Kapoor, bahkan aktor gaek Amitabh Bachchan. Malah beberapa artis Bollywood pun telah mendunia seperti Aishwarya Rai yang sempat ditawari menjadi gadis Bond.

Fenomena Bollywood itu makin terbukti dengan hebohnya ketika aktor Shah Rukh Khan datang ke Indonesia dalam rangka Festival of India dan menemui para penggemarnya pada tahun 2002. Kedatangan sang megabintang Bollywood di Jakarta yang disponsori oleh Indosiar membuat heboh para penggemarnya. Media massa yang mengkhususkan diri pada entertainment saling berlomba mendapatkan berita terbaik tentang aktor tersebut yang juga didampingi dua artis top Bollywood, Juhi Chawla dan Rani Mukheerje.

Pada saat itu,histerisnya penggemar Indonesia terhadap Shah Rukh Khan bahkan membuat Sogo Plaza Indonesia yang dikunjungi sang aktor penuh lautan manusia dan dua outlet kosmetik pecah kacanya lantaran diterjang oleh massa yang yang ingin melihat pujaannya dari dekat.