Selasa, 20 Januari 2009

Bollywood Film's

Satu atau dua dekade lalu jika ditanya, kebanyakan orang di Indonesia akan malu atau menolak disebut sebagai penggemar film-film India yang populer dengan nama film Bollywood. Saat itu masih kuat persepsi kalangan masyarakat Indonesia terhadap film Bollywood bahwa film-film tersebut "kampungan" dan cuma cocok untuk kalangan bawah. Bioskop-bioskop yang memutar film India di Indonesia pun hanya bisa dihitung jari.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, film-film India itu tidak menarik dan membosankan karena terlalu banyak nyanyian dan tarian dalam filmnya dan juga durasinya sangat panjang sehingga 3-5 jam.
Padahal sebenarnya kalau mendengar cerita generasi tua yang hidup pada dekade 1950-an hingga awal 1970-an, film-film India saat itu cukup populer. Saat itu bintang-bintang film India, tepatnya Bollywood seperti Amitabh Bachchan, Sri Devi dan Raj Kapoor pun menjadi pujaan masyarakat di Indonesia.

Di sisi lain, film India ternyata tetap saja masih sedikit mendapat tempat di masyarakat. Malah pada tahun 1970-an hingga tahun 1980-an, cuma hanya satu bioskop di Jakarta yang secara tetap memutar film-film India, yaitu bioskop Rivoli di kawasan Pal Putih, Kecamatan Senen. Segmen bioskop ini adalah kalangan bawah yang datang dari komunitasnya di daerah sekitarnya (Rhenald Kasali, 2003).

Ternyata pada awal 2000-an, film-film India yang tadinya dianggap kampungan itu mendadak populer, bahkan melahirkan fenomena yang tak terduga dimana berbagai stasiun televisi Indonesia seakan berlomba seakan berlomba menayangkan film-film India. Bahkan tidak jarang film India di putar pada saat jam tayang utama (prime time). Fenomena itu sebenarnya terpicu popularitasnya film Bollywood bertajuk "Kuch Kuch Hota Hai" yang dibintangi Shah Rukh Khan, Kajol dan Rani Mukherjee.

Kisah drama film "Kuch Kuch Hota Hai" yang diproduksi pada tahun 1998 itu memang mampu mengaduk-aduk emosi penontonnya. Indosiar adalah stasiun televisi Indonesia yang pertama kali menayangkan film tersebut pada tahun 2001 pun tidak menduga jika film tersebut meledak di berbagai kalangan masyarakat yang tadinya mengabaikan film Bollywood. Seperti halnya seorang netter bernama samaran tory_luv dalam opininya di situs internet Pintu.Net mengatakan bahwa film tersebut bisa mengubah pandangannya tentang film-film India pada yang tadinya dianggap jelek.

Pergeseran minat masyarakat pada film-film India khususnya film Bollywood itu sebenarnya tidak perlu diherankan karena adanya kemajuan teknologi informasi. Menurut Rhenald Kasali, pakar pemasaran terkemuka Indonesia dalam artikelnya "Fenomena Pop Marketing dalam Konteks Pemasaran di Indonesia" (Usahawan No. 09, September 2003), teknologi informasi yang diperkaya oleh satelit, melahirkan gelombang global entertainment yang dipicu oleh televisi, internet, dan telekomunikasi.

Maka gelombang tersebut memicu lahirnya industri hiburan yang luar biasa. Musik dangdut, musik kaum Bronx di Amerika Serikat, film India (Bollywood), atau film misteri yang tadinya dianggap hiburan kalangan bawah, tiba-tiba mencuat ke permukaan dan disukai semua segmen masyarakat berkat televisi. Selain itu, populernya film Bollywood itu juga karena adanya kedekatan budaya India dengan budaya Indonesia. Jangan lupa bahwa pembentukan budaya Indonesia sejak lama telah dipengaruhi oleh budaya India (Hindu) yang masuk pada abad ke-4 Masehi. Contohnya kisah Mahabarata dan Ramayana dalam wayang atau nama-nama orang seperti Sri atau Bambang adalah pengaruh India.

Kembali pada "Kuch Kuch Hota Hai", popularitas film tersebut mendorong maraknya penayangan film-film Bollywood di layar kaca Indonesia seperti "Lagaan", "Koi Mil Gaya", "Kabhi Kushi Kabhi Gam" dan sederet film Bollywood yang tidak bisa disebut di sini karena saking banyaknya. Tidak heran jika masyarakat Indonesia pun fasih menyebutkan nama sederet artis Bollywood seperti Shah Rukh Kan, Kajol, Rani Mukherjee, Preity Zinta, Hrithik Roshan hingga Kareena Kapoor, bahkan aktor gaek Amitabh Bachchan. Malah beberapa artis Bollywood pun telah mendunia seperti Aishwarya Rai yang sempat ditawari menjadi gadis Bond.

Fenomena Bollywood itu makin terbukti dengan hebohnya ketika aktor Shah Rukh Khan datang ke Indonesia dalam rangka Festival of India dan menemui para penggemarnya pada tahun 2002. Kedatangan sang megabintang Bollywood di Jakarta yang disponsori oleh Indosiar membuat heboh para penggemarnya. Media massa yang mengkhususkan diri pada entertainment saling berlomba mendapatkan berita terbaik tentang aktor tersebut yang juga didampingi dua artis top Bollywood, Juhi Chawla dan Rani Mukheerje.

Pada saat itu,histerisnya penggemar Indonesia terhadap Shah Rukh Khan bahkan membuat Sogo Plaza Indonesia yang dikunjungi sang aktor penuh lautan manusia dan dua outlet kosmetik pecah kacanya lantaran diterjang oleh massa yang yang ingin melihat pujaannya dari dekat.

Tidak ada komentar: